KB
METODE KALENDER DAN METODE SUHU BASAL
KESEHATAN
REPRODUKSI DAN KELUARGA BERENCANA
Makalah
Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kesehatan Reproduksi Dan Keluarga
Berencana Yang Diampu Oleh Nur Sholichah, S.Si.T,.M.Kes.
Di Susun Oleh :
1. Desi
Hendrawati
2. Fani
Fitria Pangestu
3. Febby
Laela Pangestika
AKADEMI KEBIDANAN BHAKTI PUTRA BANGSA PURWOREJO
2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada
penyusun sehingga makalah Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana ini yang
berjudul “KB Metode Kalender Dan Metode Suhu Basal” dapat
selesai dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas kelompok mata kuliah Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana, dimana
sumber materi diambil dari beberapa media pendidikan, dan media internet guna
menunjang keakuratan materi yang nantinya akan disampaikan.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, penyusun mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan berguna
bagi pembaca.
Akhir kata penyusun mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini.
Purworejo, April 2015
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian Metode Kalender ?
2. Apa
saja manfaat Metode Kalender ?
3. Apa
saja keuntungan Metode Kalender ?
4. Apa
saja keterbatasan Metode Kalender ?
5. Bagaimana
efektifitas dari Metode Kalender ?
6. Faktor
apa saja yang menyebabkan Metode Kalender tidak efektif?
7. Bagaimana
penerapan Metode Kalender ?
8. Apa
manfaat dari Metode Suhu Basal ?
9. Bagaimana
efektifitas dari Metode Suhu Basal ?
10. Faktor
apa saja yang mempengaruhi Metode Suhu Basal ?
11. Apa
saja keuntungan dari Metode Suhu Basal ?
12. Apa
saja keterbatasan dari Metode Suhu Basal ?
13. Faktor
apa saja yang mempengaruhi Metode Suhu Basal ?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian Metode Kalender
2. Untuk
mengetahui manfaat Metode Kalender
3. Untuk
mengetahui keuntungan Metode Kalender
4. Untuk
mengetahui keterbatasan Metode Kalender
5. Untuk
mengetahui efektifitas dari Metode Kalender
6. Untuk
mengetahui Faktor yang menyebabkan Metode Kalender tidak efektif
7. Untuk
mengetahui penerapan Metode Kalender
8. Untuk
mengetahui manfaat dari Metode Suhu Basal
9. Untuk
mengetahui efektifitas dari Metode Suhu Basal
10. Untuk
mengetahui Faktor yang mempengaruhi Metode Suhu Basal
11. Untuk
mengetahui keuntungan dari Metode Suhu Basal
12. Untuk
mengetahui keterbatasan dari Metode Suhu Basal
13. Untuk
mengetahui Faktor yang mempengaruhi Metode Suhu Basal
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Metode
kalender
Metode kalender atau pantang berkala
merupakan metode keluarga berencana alamiah (KBA) yang paling tua. Pencetus KBA
sistem kalender adalah dr. Knaus (ahli kebidanan dari Vienna) dan dr. Ogino
(ahli ginekologi dari Jepang). Metode kalender ini berdasarkan pada siklus haid
atau menstruasi wanita.
Knaus berpendapat bahwa ovulasi terjadi tepat
14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Sedangkan Ogino berpendapat bahwa
ovulasi tidak selau terjadi tepat 14 hari sebelum menstruasi, tetapi dapat
terjadi antara 12 atau 16 hari sebelum menstruasi berikutnya. Hasil penelitian
kedua ahli ini menjadi dasar dari KBA sistem kalender .
1. Pengertian
Metode kalender atau pantang berkala
adalah metode kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri
dengan tidak melakukan senggama atau hubungan seksual pada masa subur atau
ovulasi.
2. Manfaat
a. Metode
kalender atau pantang berkala dapat bermanfaat sebagai kontrasepsi maupun
konsepsi.
b. Sebagai
alat pengendalian kelahiran atau mencegah kehamilan
c. Dapat
digunakan oleh para pasangan untuk mengharapkan bayi dengan melakukan hubungan
seksual saat masa subur atau ovulasi untuk meningkatkan kesempatan hamil.
3. Keuntungan
Metode kalender atau pantang berkala
mempunyai keuntungan sebagai berikut :
a. Metode
kalender atau pantang berkala lebih sederhana
b. Dapat
digunakan oleh setiap wanita yang sehat
c. Tidak
membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam penerapannya
d. Tidak
mengganggu pada saat berhubungan seksual
e. Kontrasepsi
dengan menggunakan metode kalender dapat menghindari resiko kesehatan yang
berhubungan dengan kontrasepsi
f. Tidak
memerlukan biayah
g. Tidak
memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi
4. Keterbatasan
Sebagai metode alami, metode kalender
atau pantang berkala ini juga memiliki keterbatasan antara lain :
a. Memerlukan
kerjasama yang baik antara suami dan istri
b. Harus
ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya
c. Pasangan
suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual setiap saat
d. Pasangan
suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur
e. Harus
mengamati siklus menstruasi minimal 6 kali siklus
f. Siklus
menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat)
g. Lebih
efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
5. Efektifitas
Metode kalender akan lebih efektif jika
dilakukan dengan baik dan benar. Sebelum menggunakan metode kalender, pasangan
suami istri harus mengetahui masa subur. Padahal masa subur setiap wanita ada
yang tidak sama. Oleh karena itu, diperlukan pengamatan minimal 6 kali siklus
menstruasi. Selain itu, metode ini juga akan lebih efektif bila digunakan
bersama dengan metode kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian dr. Johnson dan
kawan-kawan di Sidney, metode kalender akan lebih efektif 3 kali lipat bila
dikombinasikan dengan metode simptothermal. Angka kegagalan penggunaan metode
kalender adalah 14 per 100 wanita pertahun.
6. Faktor
penyebab metode kalender tidak efektif
Hal yang dapt menyebabkan metode
kalender menjadi tidak efektif adalah :
a. Penentuan
masa tidak subur berdasarkan pada kemampuan hidup sel sperma dalam saluran
reproduksi (sperma mampu bertahan selama 3 hari)
b. Anggapan
bahwa perdarahan yang datang bersamaan dengan ovulasi, diinterpretasikan
sebagai menstruasi. Hal ini menyebabkan perhitungan masa tidak subur sebelum
dan setelah ovulasi menjadi tidak tepat.
c. Penentuan
masa tidak subur tidak didasarkan pada siklus menstruasi sendiri
d. Kurangnya
pemahaman tentang hubungan masa subur atau ovulasi dengan perubahan jenis mucus
atau lendir serviks yang menyertainya
e. Anggapan
bahwa hari pertama menstruasi dihitung dari berakhirnya perdarahan menstruasi.
Hal ini menyebabkan penentuan masa tidak subur menjadi tidak tepat.
7. Penerapan
Hal yang perlu diperhatikan pada siklus
menstruasi wanita sehat ada 3 tahapan :
a. Pre
ovulatory infertility phase ( masa tidak subur sebelum ovulasi )
b. Fertility
phase ( masa subur )
c. Post
ovulatory infertility phase ( masa tidak subur setelah ovulasi ).
Perhitungan masa subur ini akan efektif
bila siklus menstruasinya normal yaitu 21-35 hari. Pemantauan jumlah hari pada
setiap siklus menstruasi dilakukan minimal 6 kali sikulus menstruasi
berturut-turut. Kemudian hitung periode masa subur dengan melihat data yang
telah dicatat.
Bila
haid teratur (28 hari)
Hari pertama dalam siklus haid dihitung
sebagai hari ke-1 dan masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke-16 dalam
siklus haid.
Contoh
:
Seorang
istri mendapat haid mulai tanggal 10 Maret. Tanggal 10 Maret ini dihitung
sebagai hari ke-1. Maka hari ke-12 jatuh pada tanggal 21 Maret dan hari ke-16
jatuh pada tanggal 25 Maret. Jadi masa subur yaitu sejak tanggal 21 Maret
hingga tanggal 25 Maret. Sehingga pada masa ini merupakan masa pantang untuk
melakukan senggama. Apabila ingin melakukan hubungan seksual dimasa subur harus
menggunakan kontrasepsi lain.
Bila haid tidak teratur
Jumlah hari terpendek dalam 6 siklus
haid dikurangi 18. Hitungan ini menentukan hari pertama masa subur. Jumlah hari
terpanjang dalam 6 siklus haid dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari
terakhir masa subur.
Rumus
:
Hari
pertama masa subur = jumlah hari terpendek – 18
Hari
terakhir masa subur = jumlah hari terpanjang – 11
Contoh
:
Seorang
istri mendapt haid dengan siklus terpendek 25 hari dan siklus terpanjang 33
hari ( mulai hari pertama haid sampai haid berikutnya)
Langkah
1 = 25 – 18 = 7
Langkah
2 = 33 – 11 = 12
Jadi
masa suburnya adalah mulai hari ke-7 sampai hari ke-12. Sehingga masa ini,
suami dan istri tidak boleh melakukan senggama. Apabila ingin melakukan
hubungan seksual harus menggunakan kontrasepsi lain.
B. Metode
Suhu Basal (MBA)
Metode suhu basal adalah suhu terendah
yang dicapai oleh tubuh selama istirahat atau dalam keadaan istirahat (tidur).
Pengukuran suhu basal dilakukan pada pagi hari segera setelah bangun tidur dan
sebelum melakukan aktivitas lainnya. Ibu dapat mengenali masa subur ibu dengan
mengukur suhu badan secara teliti menggunakan termometer khusus yang bisa
mencatat perubahan suhu sampai 0.1°C untuk
mendeteksi, bahkan suatu perubahan kecil suhu tubuh.
Tujuan pencatatan suhu basal adalah
untuk mengetahui kapan terjadinya masa subur atau ovulasi. Suhu basal tubuh
diukur dengan alat yang berupa termometer basal. Termometer basal ini dapat
digunakan secara oral, axila atau melalui dubur dan ditempatkan pada lokasi
serta waktu yang sama selama 5 menit.
Suhu normal tubuh sekitar 36 – 37°C.
Pada waktu ovulasi, suhu akan turun terlebih dahulu dan naik menjadi 37 – 38°C
kemudian tidak akan kembali pada suhu 36°C. Pada saat
itulah terjadi masa subur atau ovulasi pada seorang wanita. Kondisi kenaikan
suhu tubuh ini akan terjadi sekitar 3 – 4 hari, kemudian akan turun kembali
sekitar 2 derajat dan akhirnya kembali pada suhu tubuh normal sebelym
menstruasi. Hal ini terjadi karena produksi progesteron menurun.
Apabila grafik (hasil catatan suhu
tubuh) tidak terjadi kenaikan suhu tubuh, kemungkinan tidak terjadi masa subur
atau ovulasi. Hal ini terjadi dikarenakan tidak adanya korpus luteum yang
memproduksi progesteron. Begitu sebaliknya jika terjadi kenaikan suhu tubuh dan
terus berlangsung setelah masa subur atau obulasi kemungkinan terjadi
kehamilan. Karena, bila sel telur atau ovum berhasil dibuahi maka korpus luteum
akan memproduksi hormon progesteron. Akobatnya suhu tubuh tetap tinggi.
1. Manfaat
a. Metode
suhu basal bermanfaat bagi pasangan yang menginginkan kehamilan
b. Serta
bermanfaat bagi pasangan yang menginginkan menghindari atau mencegah kehamilan.
2. Efektifitas
Metode suhu basal akan efektif bila
dilakukan dengan benar dan konsisten. Suhu tubuh basal dipantau dan dicatat
selama beberpa bulan berturut-turut dan dianggap akurat bila terdeteksi pada
saat ovulasi. Tingkat keefektifan metode sushu tubuh basal sekitar 80% atau 20
– 30 kehamilan per 100 wanita pertahun.secara teoritis angka kegagalannya
adalah 15 kehamilan per 100 wanita pertahun. Metode suhu tubuh basal akan jauh
lebih efektif jika dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain seperti
kondom, spermisida, metode kalender atau pantang berkala.
3. Faktor
yang mempengaruhi metode suhu basal
a. Penyakit
b. Gangguan
tidur
c. Merokok
atau minum alkohol
d. Penggunaan
obat-obatan ataupun narkoba
e. Stress
f. Penggunaan
selimut elektrik
4. Keuntungan
a. Meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran pada pasangan suami istri tentang masa subur atau
ovulasi
b. Membantu
wanita yang mengalami siklus menstruasi tisak teratur mendeteksi masa subur
atau ovulasi
c. Dapat
digunakan sebagai kontrasepsi ataupun meningkatkan kesempatan untuk hamil
d. Membantu
menunjukkkan perubahan tubuh lain pada saat mengalami masa subur atau ovulasi
seperti perubahan lendir serviks.
e. Metode
suhu basal tubuh yang mengendalikan adalah wanita itu sendiri.
5. Keterbatasan
a. Membutuhkan
motivasi dari pasangan suami istri
b. Memerlukan
konseling dan KIE dari tenaga medis
c. Suhu
tubuh basal dapat dipengaruhi oleh penyakit, gangguan tidur, merokok, alkohol,
stress, penggunaan narkoba maupun selimut elektrik.
d. Pengukuran
suhu tubuh harus dilakukan pada waktu yang sama
e. Tidak
mendeteksi awal masa subur
f. Membutuhkan
masa pantang yang lama
6. Petunjuk
bagi penggunaan metode suhu basal tubuh
Aturan
perubahan suhu atau temperatur adalah sebagai berikut :
a. Suhu
diukur pada waktu yang hampir sama setiap pagi (sebelum bangun dari tempat
tidur)
b. Catat
suhu ibu pada kartu yang disediakan oleh instruktur KBA
c. Gunakan
catatan suhu pada kartu tersebut untuk 10 hari pertama dari siklus haid ibu
untuk menentukan suhu tertinggi dari suhu yang normal dan rendah dalam pola
tertentu tanpa kondisi-kondisi diluar normal atau biasanya
d. Abaikan
setiap suhu tinggi yang disebabkan oleh demam atau gangguan lain
e. Tarik
garis pada 0.05°C – 0.1°C diatas suhu
tertinggi dari suhu 10 hari tersebut. Garis ini disebut sebagai garis pelindung
atau garis suhu.
f. Masa
tak subur mulai pada sore hari setelah hari ketiga berturur-turut suhu tubuh
berada diatas garis pelindung atau suhu basal
g. Hari
pantang senggama dilakuknan sejak hari pertama haid hingga sore ketiga kenaikan
secara berurutan suhu basal tubuh (setelah masuk masa periode tak subur)
h. Masa
pantang untuk senggama pada metode suhu basal tubuh lebih panjang dari metode
ovulasi billings.
i.
Jika salah satu dari 3 suhu berada
dibawah garis pelindung selama 3 hari, kemungkinan tanda bahwa ovulasi belum
terjadi. Untuk menghindari kehamilan tunggu sampai 3 hari berturut-turut suhu
tercatat diatas garis pelindung sebelum memulai senggama.
BAB
III
PENUTUP
A. Keimpulan
Metode kalender atau pantang berkala adalah metode
kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak
melakukan senggama atau hubungan seksual pada masa subur atau ovulasi.
Metode suhu basal adalah suhu terendah yang dicapai
oleh tubuh selama istirahat atau dalam keadaan istirahat (tidur).
DAFTAR
PUSTAKA
Siti
Mulyani, M dan Rinawati, M.2013.Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi.
Yogyakarta :Nuha Medika.